Rabu, 16 Juni 2021

Kebosanan Hidup (Tulisan pertama di Umur 27)

 Tentang kebosanan menjalani hidup..

dunia yang menjadi tua atau saya yang tidak muda lagi?  memang pertanyaan itu tidak ada korelasinya karena yang jelas adalah jawabannya saya yang masih muda sudah merasa tua karena keadaan saya sekarang ini benar-benar stuck dan tidak tau mau dibawa kemana. Di pikiran inginnya melakukan hal yang disukai namun kenyataannya harus melakukan hal yang tidak disukai agar bisa menyambung hidup (uang, karena hidup butuh uang). Entah ini didorong oleh rasa apa, yang jelas hodup saya di umur ke 27 rasanya begitu membosankan. Faktor lingkungan mungkin berpengaruh atau bisa juga faktor-faktor lain seperti kecanggihan jaman yang memicu orang seumuran saya berlomba-lomba untuk mencapai sesuatu yang disebut oleh kebanyakan orang kesuksesan.

Sukses di sini mungkin lebih ke arah kaya raya hidup bahagia mati masuk surga (jika memang surga benar adanya). Orang-orang di seumuran saya bahkan sudah ada yang jadi manager di suatu perusahaan, ada yang jadi politisi, jadi aparatur negara, bahkan pengusaha yang berhasil. Dari itu semua, dunia di timeline saya terkesan begitu sangat cepat karena perlombaan yang saya sendiri juga tidak tahu yang memulai ini siapa?. Lomba tanpa aturan dan tanpa syarat yang membuat orang-orang berbondong-bondong untuk mengejar kesuksesan tsb. Mungkin saya saja yang merasa ini atau juga saya saja yang tidak menyukai hal ini dan bisa juga karena saya sudah kalah dalam perlombaan ini makanya saya berpikiran seperti ini.

Ya apapun yang saya rasakan mungkin juga berpengaruh pada pemikiran saya saat ini. Mungkin akan berbeda lagi jika saya diposisi sang pemenang (orang yang mencapai kesuksesan), saya akan dengan jumawa akan memberikan wejangan-wejangan atau juga motivasi pada orang-orang yang memulai untuk sukses dan ikut serta dalam perlombaan kesuksesan ini, selayaknya seperti kaum-kaum muda yang tidak berbakat tapi memiliki koneksi dan materi yang berlimpah untuk membuat seminar atau workshop kehidupan dari sudut pandang mereka.


Ya begitulah hidup, saat ini saya juga sudah pasrah mau kemana lagi hidup saya mengalir. Dulu saya tidak setuju dengan hidup itu seperti aliran sungai yang mengalir entah kemana tapi berujung di laut (kematian). Tapi kini hal tersebut terjadi pada saya, saya yang mengalir tanpa arah mau kemana saja ya 'Monggo', mau mengalir ke timbunan sampah yang dibuang masyarakat ya ayuk, mau mengalir ke kolam renang yang dikencingi anak-anak kecil ya ayoo, mau mengalir ke septic tank ya boleh boleh saja, bahkan menggenangpun juga ga masalah. Sebab hidup juga kita tidak akan tahu mau kemana meskipun sudah berjuang untuk membuat alurnya bahkan ada yang membuat garis besarnya, tp itu semua sia-sia belaka.

Ada yang bilang usaha yang mati-matian akan membuat hasil yang memuaskan, mungkin itu benar terjadi pada orang-orang yang faktor keberuntungan dari lahir sudah mencapai 90% tapi untuk saya tidak deh terima kasih. Memang dasarnya saya pemalas dan akhir-akhir ini saya tahu peran saya di dunia hanya jadi penonton para manusia yang jadi tokoh utama. Banyak dari era / jaman saya sekarang yang sudah sukses di dunia sejak muda itu yang menurut saya jadi tokoh utama, karena merekalah yang akan mengambil keputusan-keputusan penting di jaman saya kelak sudah tua. Mungkin mereka akan jadi menteri atau bahkan presiden, kalo saya yaaa paling mentok jadi Pak RT (mungkin) itu juga karena dipaksa orang-orang karena tidak mau repot-repot mengurusi urusan remeh antar tetangga hahaha ya kalo tidak jadi Pak RT ya paling jadi bapak-bapak yang nongkrong di warung sambil berdebat soal politik dan lingkungan.

Sudah deh males juga mikir dan nulis kepanjangan, jika ga ada inti atau benang merah dari tulisan ini, silahkan komen untuk memperbaiki tulisan saya.

Dan diskusi soal tulisan ini juga gapapa,tapu kalo ga ada yang komen ya cari saja maksud dan inti dari tulisan ini.

Sekian, Bye!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar