Setelah kemarin saya merengek dan melantur soal kesuksesan kini saya terpikirkan soal asmara. Oke, saya minta maaf atas tulisan saya yang semakin kacau balau dan ga jelas tema-nya. Mungkin memang memang saya diciptakan dengan otak random sehingga blog ini pun menjadi random dan absurd. Oke segitiga bermuda, segitu saja.
Asmara.
Adalah perasaan senang pada lawan jenis (kelamin). Asmara ini juga jadi hal-hal penting maupun remeh dalam terciptanya suatu budaya atau peradaban. Dari asmara terbentuklah macam-macam hal seperti pakaian yang cantik, perhiasan untuk kado, hingga patokan bentuk tubuh ideal. Tapi bukan itu yang ingin saya sorot, yang ingin saya sorot adalah saya sudah pasrah akan datangnya asmara. Karena makin bertambah tahun asmara ini jadi berubah bentuk, mungkin juga dipengaruhi oleh kehidupan orang-orang yang semakin tahun semakin mapan dan penuh dengan rasa damai. Coba kita tarik ke belakang di era peperangan, sebagian orang mungkin (di negara maju) masih bisa untuk pilih-pilih dalam hal asmara terutama kalangan bangsawan. Kalangan bangsawan sendiri memang harus mencari yang sebanding agar kebangsawanannya terus dilanjutkan, beda dengan orang kalangan bawah yang bertahan hidup saja sudah sulit. Nah di jaman sekarang semua orang (hampir semua orang) mempunyai sifat seperti bangsawan tersebut, ini hanya saya saja atau kalian juga merasakan? mungkin saya saja yang sotoy.
Dari itulah keresahan saya soal asmara ini muncul dan bertumbuh, saya melihat sudah berbeda dengan jaman kakek atau ayah ibu saya dulu yang menikah hanya dengan rasa suka dan menikah. Di jaman sekarang harus ada syarat-syarat dan tetek bengek nya hanya untuk sekedar menjalin hubungan, ini belum untuk yang serius menikah. Ketika menikah juga masih banyak hal yang harus dirundingkan seperti jika si pasangan tiba-tiba terkena penyakit mental, atau perihal tempat tinggal yang dirasa kurang luas, atau malah berbeda visi ketika sudah menikah. Sungguh kompleks sekali urusan asmara di jaman sekarang. Dari hal terkecil hingga terbesar semua sudah ada standard atau pakemnya. Kalian akan diberi pilihan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan itu dikarenakan luasnya informasi dan pembandingan hidup dengan teman-teman kalian. Kalian melihat teman kalian hidup dangan nyaman, akhirnya kalian membandingkan dengan kehidupan kalian dan merasa menderita akan pilihan tersebut. Oke stop sampai di sini, saya juga ga tau ini nulis apa, sepertinya kejauhan.
Di umur saya sekarang saya melihat asmara sudah tidak se-lugu dulu. Kalian akan menghabiskan waktu, uang, energi kalian pada asmara yang tidak bertahan lama. Baru-baru ini saya alami, berkenalan lewat dating apps sudah bertemu dan kenal bahkan beberapa kali jalan keluar tapi itu masih kurang ternyata, kalian perlu kaya untuk bisa membuat cewek bertahan dan waktu kalian untuk terus menjalin komunikasi dengannya. Itu yang tidak saya miliki dan alhasil kenalan saya tidur dengan cowok pilihannya, tragis? nggak juga rugi iya, rugi waktu dan materi. Tapi ya sudahlah memang hati siapa yang tahu dan hidup juga seperti itu hanya akan adil pada orang-orang tertentu saja. Mari kita teruskan, yang jadi concern adalah Asmara sendiri ini perlu adanya ketiga hal tadi, komitmen hanya akan didapatkan ketika ketiganya tadi sudah memenuhi di pasangan kalian. Jika tidak sama dengan kasus saya cewek kalian akan pergi dengan cowok yang masuk pada Kriteria dia, itu tidak apa-apa untuk saya sebab perempuan juga membutuhkan kepastian dan kemapanan.
Balik ke inti dari tulisan, saya sudah pasrah dengan asmara saya. Mau datang atau nggak juga gapapa karena ya saya dilahirkan dengan kondisi seperti ini wajar saja wanita yang saya sukai tidak akan pernah saya dapatkan. Mungkin juga karena wanita yang saya sukai berada di tingkatkan atas saya jadi untuk sekedar mencoba hidup seperti saya mereka tidak mau atau bahkan takut. Mereka juga lebih memilih untuk hidup yang enak dan aman-aman saja. Gila saja jika mereka mau menurunkan standard hidup hanya demi asmara (di masa sekarang) kalo saya jadi dia, saya bakal cari yang enak dan aman !.
Memilih untuk naik motor apa mobil? ya jelas mobil lah, ga panas, ga capek, ga kehujanan, ga kena debu.
Well, meskipun tulisan saya kali ini makin hancur, saya akui ini jam 4 pagi dan saya belum tidur karena shift malam di sebuah offtake di Semarang.
Sehat-sehat kalian yang otaknya masih waras untuk mengejar atau membuat sebuah asmara, kalo saya sih sudah menyerah. Hidup cuma fana yang kekal ya adalah rasa depresi!
bye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar